SETIDAKNYA 750 orangutan dibunuh oleh warga desa di Kalimantan dalam periode waktu satu tahun.
Orangutan ini dibunuh hanya untuk melindungi sawah dari serangan hewan mamalia ini. Sementara dagingnya untuk disantap.
Demikian hasil sebuah survei yang dipublikasikan Washington Post, seperti dikutip okezone, Senin (14/11/2011).
“Ini merupakan kenyataan pahit," ucap penulis utama ulasan survei tersebut, Erik Meijaard.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia merupakan ancaman serius bagi hewan yang langka serta dilindungi oleh pemerintah.
Indonesia merupakan 'rumah' bagi 90 persen spesies orangutan liar yang masih tersisa yang memiliki habitat di hutan hujan tropis.
Namun hutan di Indonesia selama 50 tahun telah banyak berkurang karena adanya pembalakan liar, pembukaan lahan untuk industri sawit, kertas dan bubur kertas.
Akibatnya, orangutan ini kehilangan rumahnya, dan terpaksa berebutan lahan dengan manusia, yang pada ujungnya menimbulkan konflik.
Selisih antara manusia dan orangutan bukanlah satu-satunya penyebab terbunuhnya hewan ini. perburuan orangutan di dalam hutan pun masih marak terjadi, sama seperti hewan-hewan lainnya.
The Nature Conservancy dan 19 organisasi swasta lainnya termasuk WWF dan Asosiasi Ahli Primata Indonesia dan beberapa pengamat melakukan survei untuk mendapatkan pemahaman lebih baik mengenai pembunuhan orangutan ini dan penyebab yang mendasarinya.
Mereka mewawancarai 6.983 orang di 687 desa di tiga provinsi Kalimantan antara bulan april 2008 hingga september 2009. Hasil yang ditemukan adalah setidaknya 750 orangutan telah tewas dalam periode waktu setahun itu.
Lebih dari setengah responden yang diwawancara bahkan mengaku setelah membunuh, mereka memakan daging orangutan tersebut. Orangutan tersebut dibunuh karena mengganggu tanaman milik warga.
Meskipun pihak kementerian kehutanan Indonesia belum banyak berkomentar mengenai masalah ini, namun melihat banyaknya bukti tengkorak, kulit, dan bagian tubuh orangutan yang tergeletak berserakan di hutan, fakta ini merupakan fakta yang cukup mengerikan.
Demikian hasil sebuah survei yang dipublikasikan Washington Post, seperti dikutip okezone, Senin (14/11/2011).
“Ini merupakan kenyataan pahit," ucap penulis utama ulasan survei tersebut, Erik Meijaard.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia merupakan ancaman serius bagi hewan yang langka serta dilindungi oleh pemerintah.
Indonesia merupakan 'rumah' bagi 90 persen spesies orangutan liar yang masih tersisa yang memiliki habitat di hutan hujan tropis.
Namun hutan di Indonesia selama 50 tahun telah banyak berkurang karena adanya pembalakan liar, pembukaan lahan untuk industri sawit, kertas dan bubur kertas.
Akibatnya, orangutan ini kehilangan rumahnya, dan terpaksa berebutan lahan dengan manusia, yang pada ujungnya menimbulkan konflik.
Selisih antara manusia dan orangutan bukanlah satu-satunya penyebab terbunuhnya hewan ini. perburuan orangutan di dalam hutan pun masih marak terjadi, sama seperti hewan-hewan lainnya.
The Nature Conservancy dan 19 organisasi swasta lainnya termasuk WWF dan Asosiasi Ahli Primata Indonesia dan beberapa pengamat melakukan survei untuk mendapatkan pemahaman lebih baik mengenai pembunuhan orangutan ini dan penyebab yang mendasarinya.
Mereka mewawancarai 6.983 orang di 687 desa di tiga provinsi Kalimantan antara bulan april 2008 hingga september 2009. Hasil yang ditemukan adalah setidaknya 750 orangutan telah tewas dalam periode waktu setahun itu.
Lebih dari setengah responden yang diwawancara bahkan mengaku setelah membunuh, mereka memakan daging orangutan tersebut. Orangutan tersebut dibunuh karena mengganggu tanaman milik warga.
Meskipun pihak kementerian kehutanan Indonesia belum banyak berkomentar mengenai masalah ini, namun melihat banyaknya bukti tengkorak, kulit, dan bagian tubuh orangutan yang tergeletak berserakan di hutan, fakta ini merupakan fakta yang cukup mengerikan.
0 comments:
Post a Comment